Bahkan banyak meyakini dia adalah waliyullah. Banyak cerita-cerita menarik beredar di telinga masyarakat dari Gus Miek, di antaranya cerita ketika dia menerima hadiah 8 berlian mahal, tujuh di antaranya kemudian dibuang. Cerita itu disampaikan KH Sabut Pranoto atau Gus Sabut, salah satu putra Gus Miek, saat memberikan tausiyah di Majelis SimaRedaksi 23 Mei 2022 5605 Kali Dilihat Profil Gus Thuba per hari ini masih membuat banyak orang penasaran. Karena Gus Thuba ini terlihat sangat disegani oleh orang-orang sepuh. Bahkan terakhir, nampak seorang Habib yang usianya lebih tua nampak mencium tangan Gus Thuba. Habib itu adalah Habib Abdul Qadir Bin Abdul Hadi Al-Haddar. Hal itu nampak pada sebuah video yang viral tersebar di sosial media. Lantas, Gus Thuba pun dihujat karena disebut tidak memiliki kesopanan saat bertemu dengan orang yang lebih tua. Namun, siapa sangka ternyata Gus Thuba ini bukan orang sembarangan. Sampai Habib Haddar pun langsung merebut tangan Gus Thuba dan menciumnya. Gus Thuba merupakan putra dari Kyai Tijani Robert Saifunnawas atau biasa dipanggil Gus Robert. Gus Robert ini merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Bila dilihat sanadnya, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kyai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri. Pernikahan Kiai Djazuli Usman dengan Nyai Rodliyah melahirkan lima orang anak dan Gus Miek berada pada urutan ketiga. Dan Gus Thuba merupakan cucu Kiai Ahmad Siddiq Jember atau bisa juga disebut cucu Gus Miek. Yang memang Gus Miek disebut oleh banyak orang adalah seorang waliyullah. mrd/Lingkarkediri semogakita mendapat barokahnya amin amin amin - Gus Miek atau Hamim Tohari Djazuli adalah seorang pendiri amalan dzikir Jamaah Mujahadah Lailiyah, Dzikrul Ghofilin, dan Sema'an Jantiko Mantab. Terlahir sebagai putra pendiri pesantren, ia justru menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar tembok pesantren untuk mengamalkan ilmunya dan berdakwah. Gus Miek juga diyakini sebagai wali atau kekasih Allah karena memiliki banyak karomah atau kelebihan yang sulit dijangkau juga Datuk ri Bandang, Tokoh Penyebar Islam di Indonesia Timur Masa kecil dan pendidikan Gus Miek lahir di Kediri pada 17 Agustus 1940 dari pasangan KH. Ahmad Djazuli Usman, yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah di Ploso, Kediri, dan Nyai Rodliyah. Sejak kecil, ia memiliki suara yang merdu dan fasih saat membaca Alquran. Di sisi lain, ia dikenal sebagai anak yang pendiam dan suka menyendiri. Pada awalnya, Gus Miek mendapat pendidikan di Sekolah Rakyat SR, tetapi tidak lulus karena sering membolos. Setelah itu, ia memperdalam ilmu agama, khususnya membaca Alquran, dengan dibimbing langsung oleh ibunya. Sedangkan pendidikan pembahasan kitab, Gus Miek beserta para saudaranya diajar langsung oleh ayahnya, KH. Ahmad Djazuli Usman. Selanjutnya pada umur 13 tahun, Gus Miek melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Akan tetapi, awal pendidikannya di Lirboyo hanya bertahan 16 hari saja. Kepulangannya yang mendadak itu sempat membuat resah orang tuanya. Namun, Gus Miek mampu membuktikan dirinya menguasai beberapa kitab, seperti Shahih Bukhari kitab hadis, Shahih Muslim kitab hadis, dan Tafsir Jalalain kitab tafsir Alquran. Baca juga Kartosoewirjo, Pendiri Negara Islam Indonesia 1949 Beberapa bulan kemudian, Gus Miek kembali belajar ke Lirboyo. Ia diketahui cukup rajin, tetapi memiliki kebiasaan buruk, yakni selalu tidur saat santri lainnya sedang mengaji. Meski demikian, ketika gurunya mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan, Gus Miek selalu mampu menjawabnya dengan baik. Selama di Pesantren Lirboyo, Gus Miek berteman dekat dengan beberapa santri, salah satunya adalah Abdulah dari Magelang. Abdulah inilah yang kemudian membawanya melanjutkan belajar di pondok pesantren yang diasuh oleh Dalhar di Watucongol, Magelang, Jawa Tengah. Amalan dzikir Gus Miek Gus Miek menyusun kembali wirid-wirid yang diajarkan oleh para gurunya, seperti KH. Djazuli Usman, KH. Machrus Ali, dan KH. Dalhar Watucongol. Mulanya, Gus Miek mendirikan Jama'ah Mujahadah Lailiyah pada 1962, yang mampu menarik jamaah cukup luas. Baca juga Sejarah Nahdlatul Wathan Melalui komunitas ini, Gus Miek menampakkan bahwa ia mengembangkan tradisi wirid di luar kelompok tarekat NU Nahdlatul Ulama yang sudah mapan. Jamaahnya kemudian berkembang dan menjadi Dzikrul Ghofilin. Selanjutnya, antara 1971 hingga 1973, susunan wirid-wiridnya dicetak setelah jangkauan dakwahnya sampai ke Jember. Pada akhirnya, naskah wirid Gus Miek berhasil dicetak oleh sahabat sekaligus penentangnya, yaitu KH. Achmad Shidiq. Selang beberapa waktu, sema'an ini berkembang dan menjadi Jantiko pada 1987 di Jember, yang lebih cepat kemudian berubah nama menjadi Jantiko Manteb pada 1989. Baca juga Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah Dakwah Gus Miek Dakwah yang dilakukan Gus Miek terbilang unik. Pasalnya, ia sering masuk ke tempat yang tidak biasa untuk dilakukan dakwah Islam. Adapun tempat yang didatangi adalah diskotek dan tempat perjudian, yang kemudian mendapat tentangan dari gurunya di Liboyo, KH. Machrus Ali. Terjadi cerita luar biasa ketika Gus Miek pergi ke diskotek, di mana ia bertemu dengan orang yang sedang menenggak minuman keras. Gus Miek kemudian menghampirinya lalu memasukkan minuman itu ke mulutnya. Namun, ia mengatakan tidak menelan minuman keras tersebut, tetapi membuangnya ke laut. Orang tersebut tidak percaya lalu melihat mulut Gus Miek, dan seketika kaget melihat adanya gelombang laut yang besar. Saat itu juga, orang yang mabuk di diskotek tersebut bertobat dan meninggalkan kebiasaan buruknya. Baca juga Sejarah Masuknya Islam di Jawa Timur Karomah Gus Miek Jauh sebelum kejadian di diskotek, orang tua Gus Miek menyadari akan adanya karomah atau kelebihan kewalian dalam diri putranya. Hal itu disadari ketika Gus Miek ikut mengasuh pondok pesantren dengan mengajarkan berbagai kitab kepada para santri. Adapun kitab-kitab yang diajarkan adalah sebagai berikut. Kitab Tahrir kitab fiqh tingkat dasar Fatkhul Mu'in kitab fiqh tingkat menengah Jam'ul Jawami' kitab ushul fiqh Fatkhul Qarib kitab fiqh tingkat menengah Shahih Bukhari kitab hadis Shahih Muslim kitab hadis Tafsir Jalalain kitab tafsir Alquan Iqna kitab fiqh penjabaran dari kitab Fatkhul Qarib Shaban kitab tata bahasa Arab Ihya' Ulumuddin kitab tasawuf Selain itu, pada suatu hari ketika sedang ikut memancing, kail Gus Miek dimakan ikan yang besar hingga membuatnya ikut tercebur ke sungai dan tenggelam. Pengasuhnya pun panik dan mencoba mencarinya. Akan tetapi, pencarian itu tidak membuahkan hasil hingga membuat pengasuhnya melarikan diri dari pondok. Baca juga Kyai Tapa, Adik Sultan Banten yang Memberontak terhadap VOC Selang beberapa lama, pengasuh tersebut mendengar bahwa Gus Miek selamat dan kembali ke pondok. Dalam ceritanya, Gus Miek mengatakan bahwa ikan yang tersangkut tersebut adalah peliharaan gurunya, yang kemudian membawanya menghadap ke Nabi Khidir. Oleh karena itu, Gus Miek justru memarahi Afifufin, temannya saat mancing ikan, yang pernah menyelamatkannya saat tercebur ke sungai. Wafat Pada pertengahan tahun 1992, Gus Miek jarang terlihat dan hanya orang-orang terdekatnya saja yang mengetahui keberadaannya. Selama itu, ternyata Gus Miek di rawat di RS Budi Mulya Surabaya dengan menggunakan identitas palsu untuk menjaga kerahasiaannya. Pada akhirnya, Gus Miek meninggal pada 5 Juni 1993 di Rumah Sakit Budi Mulya Surabaya, atau sekarang dikenal menjadi Siloam. Referensi Ibad, Muhamad Nurul. 2007. Perjalanan dan ajaran Gus Miek. Bantul Pustaka Pesantren. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
AkiFuad mengisahkan bahwa Gus Miek adalah sahabat sekaligus guru beliau dalam menempuh laku spiritual saat muda bersama Gus Dur. Tiga ulama ini merupakan mantan 'teman ngopi', ziarah dan diskusi persoalan-persoalan keumatan dan kebangsaan. Dalam berbagai kesempatan sowan saya ke Aki Fuad, tidak jarang beliau mengutip hikmah-hikmah kebangsaan
Nama Gus Thuba kini ramai diperbincangkan di dunia maya lantaran beredar viral video Gus Thuba dinilai kurang memiliki adab ketika bertemu dengan Habib Abdul Qodir bin Abdul Hadi Al Haddar Banyuwangi. Video tersebut menunjukkan Gus Thuba sedang berjalan dikawal oleh rombongan. Lalu, Gus Thuba tampak menyodorkan tangan beliau kepada seorang ulama sepuh yang ternyata Habib Abdul Qodir Banyuwangi. Bukan hanya soal dicium tangannya saja. Gus Thuba terlihat berbincang sambil merokok dan sesekali memalingkan wajahnya dari Habis Hadi Al Abdul Qodir yang usianya lebih sepuh. Sontak saja, yang terjadi dalam video tersebut membuat Gus Thuba mendapatkan penilaian miring dari warganet. Bukan tanpa alasan hal itu dilakukan oleh Habib Abdul Qodir, karena Gus Thuba merupakan salah satu cucu dari kiai dan ulama besar yakni almagfurlah Hamim Tohari Djazuli atau Gus Miek. Habib Abdul Qodir sangat mencintai Gus Miek begitu juga putra-putra dan cucu-cucunya. Baca Juga Profil dan Biografi Gus Baha Rembang Terlepas dari kontroversi yang hangat diperbincangkan alangkah lebih baik jika mengetahui lebih mendalam sosok sebenarnya Gus Thuba melalui biografi beliau. Keluarga Gus Thuba Gus Thuba memiliki nama lengkap yang unik, yakni Thuba Topo Broto. Gus Thuba merupakan putra dari Kyai Tijani Robert Saifunnawas. Kyai Tijani atau yang akrab disapa Gus Robert adalah putra ke-3 Gus Miek dari enam besaudara. Gus Robert menikah dengan Ning Nida Dusturiah putri Kiai Ahmad Shiddiq Seorang Pendiri NU, Jember. Gus Miek memiliki nama lengkap Hamim Tohari Djazuli. Beliau merupakan putra dari KH. Ahmad Djazuli Usman, pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren al-Falah Ploso, Kediri. Semasa hidupnya, Gus Miek dikenal sebagai seorang kyai nyentrik yang dimiliki oleh NU. Sebagai putra kyai, ia menghabiskan hidupnya di luar pondok pesantren untuk berdakwah. Gus Miek kemudian mendirikan jamaah dzikir yang begitu terkenal hingga hari ini. Jamaah dzikir itu bernama Dzikrul Ghofilin. Jadi, jelas bahwa Gus Thuba bukan orang sembarangan. Beliau merupakan salah satu dari empat cucu Gus Miek, seorang ulama yang diyakini kebanyakan orang sebagai wali Allah atau kekasih Allah. Nasab Gus Thuba Gus Thuba memang tidak terlahir dari keluarga sembarangan. Bahkan, nasab beliau sampai kepada Rasulullah SAW. Berikut ini adalah urutan nasab Gus Thuba selengkapnya. Nasab tersebut berlanjut turun ke Hamim Tohari Djazuli Gus Miek, turun ke Tijani Robert Saifunnawas Gus Robert, hingga ke Gus Thuba Topo Broto Gus Thuba Dakwah Gus Thuba Gus Thuba melanjutkan perjuangan Gus Miek dalam dakwah Islam dengan memimpin Majelis Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jam’iyah Lailiyah atau Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962. Gus Thuba adalah da’i di medan yang berbeda dengan medan da’i normal. Sama seperti Gus Miek yang dulu berdakwah di area pelacuran dan berandalan. Maka, wajar jika pakaian Gus Miek tidak berjubah dan bersorban, tapi bercelana Levis, kacamata, sepatu dan jaket ala mafia. Demikian profil dan biografi dari Gus Thuba cicit dari pendiri Pondok Pesantren Ploso sekaligus cucu dari seorang pendiri NU. Semoga artikel biografi ini dapat bermanfaat.
Putra- putra Kiyai Robert Miek Gus Lays Robert Miek dan Gus Tuba Robert Miek moment haul Gus Miek ke 30 di Ndalem Gus Miek Lor pasar Ploso Mojo Kediri.Thank 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID ZfQEwrXQWwy5XYcKmshuGvtFcYOgrpBclifiWjcuUKcnoOWhWJpxWA== GusRobert ini merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Bila dilihat sanadnya, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kyai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri.Darigaris keturunannya, Gus Thuba adalah putra dari Kiai Tijani Robert Saifunnawas atau Gus Robert, Gus Robert adalah putra ke 3 Gus Miek dari 6 bersaudara. Bersama ayahnya, Gus Thuba memimpin barisan Jamiyah Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jamiyah Lailiyah
GusMiek, Dakwah di Dunia Hitam & Tiga Karya Besarnya. Sosok KH. Hamim Tohari Djazuli, yang lebih dikenal dengan julukan Gus Miek, adalah salah seorang dari sekian ulama besar Jawa yang berkharisma. Lahir pada 17 Agustus 1940 dari pasangan KH Djazuli dan Nyai Rodhiyah, di Desa Ploso, Mojo, Kediri. Kedua orangtua Gus Miek merupakan keturunan GusMiek sering pula tinggal di pesantren itu. Suatu ketika, KH Mubassyir Mundzir (wafat 1989), sang pengasuh, mendapati Gus Miek berada di dalam kamar menjelang waktu sholat tiba. Seketika, KH Mubassyir Mundzir membangunkan Gus Miek yang masih terlelap tidur, "Miek, kalau mau tidur jam segini jangan di sini! Dilihat para santri!". .